Bismillahirrohmaanirrohiim..
Tulisan ini sebenarnya adalah semacam jurnal Al-Quran untuk saya. Salah satu cara saya untuk menuliskan apa yang saya dapatkan ketika mempelajari tafsir Al-Quran. Tidak semua ayat sih, hanya ayat-ayat tertentu yang ketika saya membaca tafsirnya meninggalkan kesan "gretek" di hati dan pikiran. Semoga catatan ini selain bermanfaat untuk saya pribadi juga bisa bermanfaat untuk pengunjung blog ini.
Surah Al-Mulk ayat 14
“Apakah Allah Yang menciptakan
itu tidak mengetahui (yang kamu tampakkan atau rahasiakan)? Dan Dia Maha Halus
lagi Maha Mengetahui”
TAFSIR (Sumber: Buku Tafsir Al
Quran Al Adziim Karya Ust. Firanda Andirja).
Makna dari Allah mengatakan hal
tersebut adalah untuk menunjukkan bahwa Allah Maha Mengetahui tentang apa yang
Dia ciptakan. Allah yang menciptakan hati-hati manusia, maka tentu Allah Tahu
isi hati-hati tersebut. Allah yang menciptakan lisan-lisan manusia, maka tentu
Allah juga tahu apa yang dibisik-bisikkan oleh lisan-lisan mereka.
Makna ini mengacu pada arti dari
ayat sebelumnya yaitu:
“Dan rahasiakanlah
(berbisik-bisik) perkataanmu atau terang-terangan, sesungguhnya Dia Maha
Mengetahui segala isi hati. (QS: Al-Mulk: 13).
Jadi ayat ke-14 ini adalah untuk
menegaskan arti pada ayat 13 bahwa Allah mengetahui segala isi hati Manusia.
Pada ayat ke-14 ini terdapat dua
sifat Allah, yaitu Al-khabiir dan Al-Lathiif. Dan saya sangat terkesan sekali
dengan penjelasan ustadz Firanda tentang dua sifat Allah ini. Berikut
penjelasan yang saya rangkum dari buku tafsir beliau.
1.
Makna Al-khabiir
Al-khabiir ini maknanya adalah
mengetahui secara detail dan terperinci. Sifat Al-‘Aliim tapi lebih dalam
maknanya dan pada perkara yang detail. Penjelasan Al-khabiir ini, Allah disebutkan dalam beberapa ayat yang lain, diantaranya:
- Allah Khabiir terhadap amal yang manusia kerjakan
“Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Al-Hasyr: 18).
Artinya Allah Tahu bagaimana amal
seseorang, bagaimana proses terjadinya amal tersebut, mengetahui hal yang
melatarbelakangi terjadinya amal tersebut, dan mengetahui apa yang terjadi
setelah amal tersebut dikerjakan. Allah mengetahui amal kita secara detail dan
tidak ada yang luput dariNya.
- Allah Khabiir terhadap dosa yang manusia kerjakan
“Dan cukuplah
Tuhanmu Maha Mengetahui lagi Maha Melihat dosa hamba-hambaNya.” (Al-Isra’: 17)
Allah mengetahui
dosa kita secara detail. Bahkan ketika Allah memerintahkan perintah Allah
menjaga pandangan mata, Allah juga mengiringi ayat ini dengan menyebut sifat Allah
Al-Khabiir. Artinya Allah bahkan mengetahui makna pandangan mata manusia dan
yang tersembunyi di dalam dadanya.
“Dia mengetahui
(pandangan) mata yang khianat dan apa yang tersembunyi dalam dada.” (QS.
Ghafiir: 19).
Contohnya: Dalam
menakdirkan rizki hambaNya.
“Sesungguhnya
Tuhanmu melapangkan rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya;
sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Melihat akan hamba-hambanya.”(QS.
Al-Isra’: 37).
Allah tidak
pernah asal-asalan dalam menentukan rizki hambaNya. Allah mengetahui apa yang
lebih bermashlahat bagi hambaNya, sehingga Allah Tahu siapa yang pantas
dilapangkan rezekiNya dan siapa yang disempitkan rizki-Nya.
Pun dengan
takdir yang kita alami. Sudah pasti itu adalah yang terbaik yang Allah berikan
untuk kita. Allah Tahu kapan kita harus senang. Allah tahu kapan kita harus
sedih. Allah Tahu kapan harus memberi kita cobaan. Allah tahu kapan harus
memberikan kita nikmatNya.
2. Makna
Al-Lathiif
Kata Al-lathiif
secara bahasa adalah Allah Maha Lembut. Ada dua makna Al-Lathiif menurut Ibnu
Qayyim:
1. Maknanya seperti Al-khabiir yaitu Allah mengetahui perkara-perkara detail
2. Allah menyampaikan kepada hamba-hambaNya kemaslahatan-kemaslahatan tanpa disadari oleh para hamba.
Pada makna poin yang kedua ini, Ustadz Firanda memberikan contoh kisah Nabi Yusuf a.s. Yaitu perkataan Nabi Yusuf kepada ayahnya, Nabi Ya’qub, setelah berpisah dalam waktu yang cukup lama.
“Dan dia (Yusuf) berkata, “Wahai ayahku, inilah takwil mimpiku yang dahulu itu. Dan sesungguhnya Tuhanku telah menjadikannya kenyataan. Sesungguhnya Tuhanku telah berbuat baik kepadaku, ketika Dia membebaskan aku dari penjara dan ketika membawa kamu dari dusun, setelah syaitan merusak (hubungan) antara aku dengan saudara-saudaraku. Sungguh, Tuhanku Mahalembut terhadap apa yang Dia kehendaki.” (QS. Yusuf:100).
Semua yang dialami oleh Nabi Yusuf adalah hal yang tidak disadari. Allah yang mengatur semuanya sedemikian rupa, dan ternyata Allah menjadikan kisah yang indah pada akhirnya. Oleh karenanya, Nabi Yusuf berkata “Sungguh, Tuhanku Maha Lembut terhadap apa yang Dia kehendaki.
Kisah ini adalah contoh dimana Allah bisa mengangkat derajat seseorang tanpa dia sadari melalui berbagai rangkaian takdirNya. Demikian juga, Allah juga mampu menghancurkan derajat seseorang tanpa dia sadari. Ini seperti kisah Fir’aun dimana Allah hadirkan Nabi Musa untuk menghancurkan kerajaan dan kesombongannya.
1. Maknanya seperti Al-khabiir yaitu Allah mengetahui perkara-perkara detail
2. Allah menyampaikan kepada hamba-hambaNya kemaslahatan-kemaslahatan tanpa disadari oleh para hamba.
Pada makna poin yang kedua ini, Ustadz Firanda memberikan contoh kisah Nabi Yusuf a.s. Yaitu perkataan Nabi Yusuf kepada ayahnya, Nabi Ya’qub, setelah berpisah dalam waktu yang cukup lama.
“Dan dia (Yusuf) berkata, “Wahai ayahku, inilah takwil mimpiku yang dahulu itu. Dan sesungguhnya Tuhanku telah menjadikannya kenyataan. Sesungguhnya Tuhanku telah berbuat baik kepadaku, ketika Dia membebaskan aku dari penjara dan ketika membawa kamu dari dusun, setelah syaitan merusak (hubungan) antara aku dengan saudara-saudaraku. Sungguh, Tuhanku Mahalembut terhadap apa yang Dia kehendaki.” (QS. Yusuf:100).
Semua yang dialami oleh Nabi Yusuf adalah hal yang tidak disadari. Allah yang mengatur semuanya sedemikian rupa, dan ternyata Allah menjadikan kisah yang indah pada akhirnya. Oleh karenanya, Nabi Yusuf berkata “Sungguh, Tuhanku Maha Lembut terhadap apa yang Dia kehendaki.
Kisah ini adalah contoh dimana Allah bisa mengangkat derajat seseorang tanpa dia sadari melalui berbagai rangkaian takdirNya. Demikian juga, Allah juga mampu menghancurkan derajat seseorang tanpa dia sadari. Ini seperti kisah Fir’aun dimana Allah hadirkan Nabi Musa untuk menghancurkan kerajaan dan kesombongannya.
REFLEKSI
Ketika saya membaca makna
Al-Khabiir ini, rasanya Allah sedang menyentil saya yang terkadang atau bahkan
masih sering berprasangka dan mengeluh kepada Allah “kenapa harus begini yang
terjadi ya Allah..”. Membuat saya semakin sadar bahwa Allah Maha Tahu takdir
yang tepat dan terbaik untuk kita.
Saya semakin yakin dalam cobaan yang Allah
berikan, Allah sudah Tahu kadar yang tepat untuk kita dan Allah Tahu bahwa
hikmah dari cobaan tersebut akan memberikan maslahat bagi kehidupan kita. Seperti
yang saat ini kita alami, cobaan yang sedang dialami oleh semua umat manusia di
dunia. Allah Maha Tahu kapan waktu yang terbaik cobaan ini akan Allah angkat
dari kita.
Mengimani Allah Al-Khabiir
membuat saya merasa lebih tenang dalam menghadapi kesulitan-kesulitan dalam
hidup. "Ah, Allah Tahu kapasitas saya pasti mampu melewati kesulitan ini." Allah
Maha Tahu kapan saat yang tepat Allah memberikan solusi dan kemudahan atas
semua kesulitan yang ada. Jalan hidup dan setiap detik yang saya jalani, Allah
Tahu ini adalah yang terbaik. Ya, membuat saya lebih optimis dalam menjalani
hari-hari. InshaaAllah.
Mengimani Allah Al-Khabiir
membuat saya lebih berhati-hati, karena Allah Tahu semua yang tersembunyi dalam
hati dan pikiran. Sekecil apapun keburukan atau kebaikan yang kita sembunyikan,
Allah mengetahuinya dan semuanya kelak akan mendapatkan balasannya masing-masing.
Dan, mengimani Allah Al-Lathif seperti
semakin meyakinkan keimanan kepada Allah Al-Khabiiir. Setelah yakin Allah Maha
Tahu, bertambah keyakinan bahwa Allah menyimpan rahasia kebaikan dalam setiap
takdirNya. Setiap detik yang kita lewati, baik dalam kesulitan atau kemudahan,
adalah sebuah kepingan kepingan yang akan membawa kita pada makna sebenarnya
kehidupan yang ingin Allah berikan kepada kita.
Saya pernah mengalami kegagalan
meraih sesuatu. Saat itu saya ingin
bekerja di sebuah lembaga bimbingan belajar yang cukup besar sembari saya
menjalani kuliah S2. Saya melewati semua prosesnya sampai tahap akhir, yaitu ujian micro
teaching. Bahkan di tahap akhir ini, seorang penguji memberi ucapan selamat
bergabung kepada saya. Saya tinggal menunggu pengumuman resmi kalau saya
diterima.
Qadarulloh beberapa hari sebelum hari-H pengumuman penerimaan, ponsel
saya hilang. Saat itu saya belum punya cukup uang untuk membeli ponsel baru.
Saya hanya mengandalkan komunikasi via email, berharap bahwa mereka menghubungi
saya via email. Tapi pengumuman yang saya tunggu-tunggu tidak kunjung datang.
Saya sempat sedih. Tapi, beberapa hari kemudian, kabar mengejutkan datang. Saya mendapatkan hasil
seleksi beasiswa pertukaran pelajar yang saya pernah mendaftar. Saya dinyatakan
diterima mengikuti program pertukaran pelajar selama 6 bulan di Jepang.
Belakangan,
saya mengetahui kisah dibalik saya tidak jadi diterima di lembaga bimbingan
belajar itu dari teman saya yang ternyata keponakan dari penguji ketika tes
microteaching. Katanya, dari pihak lembaga sudah berusaha menghubungi saya
terkait penerimaan itu tetapi tidak ada jawaban (iya, saat itu ponsel saya
hilang) dan akhirnya menganggap saya mengundurkan diri.
Allah yaa Khabiir,, yaa
Lathiif.. Begitu sempurna rencana Allah. Takdir Allah membuat saya dianggap
mengundurkan diri dan saya tidak jadi bekerja. Kemudian saya berangkat ke Jepang 6
bulan. Bayangkan, jika saya diterima berkerja, kemungkinan besar saya tidak bisa
berangkat ke Jepang karena saya sudah terikat kontrak dan tanggung jawab
mengajar. Rencana Allah begitu sempurna. MashaaAllah.
Pasti banyak kejadian-kejadian serupa yang pernah kita alami. Yang awalnya kita merasa bertanya-tanya “kenapa terjadi begini ya
Allah” atau bahkan hampir putus asa dengan keadaan. Pada akhirnya kita baru
mengerti maksud Allah. Setiap takdir yang kita jalani, kita sukai atau tidak,
ternyata menyimpan hikmah luar biasa untuk kehidupan kita saat ini dan
selanjutnya.
Bisa jadi kesulitan yang kita hadapi saat ini, takdir yang mungkin tidak kita sukai saat ini, adalah pijakan yang membawa kebaikan yang jauh lebih besar nantinya. Dan, saat itu terjadi kita melihat bahwa kepingan-kepingan itu begitu sempurna membentuk takdir yang indah. MashaaAllah.
Mengimani Allah Al-Khabiir dan
Al-lathiif akan membuat kita terus berprasangka baik akan setiap takdir Allah
yang kita jalani.
No comments