Jadi ingat sebuah obrolan dengan suami beberapa waktu lalu tentang gender di luar negeri yang tidak hanya laki-laki dan perempuan. Dan bukan hanya lesbian atau homo juga, banyak sekali macamnya. Ada yang laki-laki tapi tidak tertarik dengan perempuan tapi bukan homo juga. Ah, entahlah, makin aneh saja dunia ini pikir saya.
Zona 7. Pendidikan Seksualitas. hari ke-9. Pendidikan Seksualitas Sejak Dini
Tahu ngga sih, ternyata tidur terpisah dari orang tua dan saudara itu termasuk dalam salah satu pendidikan seksualitas pada anak. Kenapa begitu?
Zona 7. Pendidikan Seksualitas. Hari ke-8. Peran Ayah dalam Pengasuhan untuk Pendidikan Seksualitas
Fenomena saat ini yang banyak terjadi, hilangnya sosok ayah dalam pendidikan anak. Ayah biasanya dikenalkan sebagai sosok yang hanya berperan sebagai pemenuhan kebutuhan ekonomi dalam keluarga. Sedangkan pendidikan anak diserahkan sepenuhnya pada ibu. Jadi, ya, ayah hanya sibuk bekerja dan bekerja. Anak pun tidak memiliki kedekatan secara emosional dengan ayahnya. Seperti menjadi yatim padahal sosoknya ada.
Zona 7. Pendidikan Seksualitas. Hari ke-7. Peran Orang tua dalam Keseimbangan Akil dan Baligh pada Anak
Kita pasti sudah sering mendengar Akil dan Baligh ya..? Akil dan baligh ini memiliki arti yang berbeda ya.. Akil sendiri berarti berakal, memahami dan mengetahui. Artinya seorang anak sudah mencapai kedewasaan dalam berpikir. Sedangkan baligh adalah kondisi dimana seorang mencapai usia tertentu yang sudah dewasa, ditandai dengan kematangan organ biologisnya. Nah, seringnya, yang sekaligus menjadi tantangan saat ini adalah tidak seimbangnya Akil dan Baligh. Anak tumbuh menuju Akil dan baligh tidak secara bersamaan. Lebih cepat baligh dari pada Akil.
Zona 7. Pendidikan Seksualitas pada Anak. Hari ke-6. Tahapan Pengenalan Seksualitas Pada Anak.
Zona 7. Pendidikan Seksualitas. Hari ke-5. Pengaruh Media Digital Terhadap Pemahaman Anak
Zona 7. Pendidikan Seksualitas. Hari ke-4. Pembagian Peran Ayah dan Bunda
Haii ayah bunda, setelah mengenal fitrah seksualitas dan tahapan perkembangannya di tiap usia anak, selanjutnya, kira-kira seperti apa ya pembagian peran ayah dan bunda dalam pengasuhan seperti apa yaa, khususnya untuk perkembangan seksualitasnya.
Nih, untuk para ayah, perannya meliputi
Penanggung jawab pendidikan
Man of vision and mission
Sang ego dan individualitas
Pembangun sistem berpikir
Supplier maskulinitas
Penegak profesionalisme
Konsultan pendidikan
The person of “tega”
Untuk para bunda :
Pelaksana harian pendidikan
Person of love and sincerity
Sang harmoni dan sinergi
Pemilik moralitas dan nurani
Supplier femininitas
Pembangun hati dan rasa
Berbasis pengorbanan
Sang “pembasuh luka”
Zona 7. Pendidikan Seksualitas. Hari ke-3. Tahapan Pendidikan Fitrah Seksualitas pada Anak.
Bismillahirrohmaanirrohiim..
Kita lanjutkan lagi yuk pembahasan tentang peran orang tua terhadap perkembangan Fitrah Seksualitas anak ini.
Cuss..
Tahu ngga sih teman-teman, dikutip dari Buku Fitrah Based Education karya Ustadz Harry Santosa, bahwa ternyata pendidikan Fitrah Seksualitas ini, ada tahapan-tahapannya lho setiap jenjang usianya, jika orang tua bisa memaksimalkan pendidikan ini sesuai dengan tahapan di usianya, inshaaAllah, dengan izin Allah, Fitrah Seksualitas anak akan berkembang secara paripurna.
Zona 7. Pendidikan Seksualitas. Hari ke-2 "Apa itu Fitrah Seksualitas?"
Pengertian fitrah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah fitrah1/fit·rah/ n sifat asal; kesucian; bakat; pembawaan.
Secara etimologis, asal kata fitrah dari bahasa arab “Fitratun” artinya perangai, tabiat, kejadian asli.agama,ciptaan.
Fitrah seksualitas adalah Berpikir, merasa dan bersikap sesuai fitrahnya sebagai lelaki atau perempuan sejati (Harry Santosa).
Pendidikan fitrah seksualitas berbeda dengan pendidikan seks. Pendidikan fitrah seksualitas dimulai sejak bayi lahir.
Dalam konteks Agama Islam:
Terkait fitrah manusia ini, Allah memberikan landasannya di dalam Kitabullah, ”Maka hadapkanlah wajahmu pada agama dengan hanif (lurus), (tetaplah) pada fitrah Allah, yang telah menciptakan manusia atas fitrah itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan (khalq) Allah. Itulah agama yang qoyim (kokoh). Namun kebanyakan manusia tidak mengetahuinya” (Qs.Ar-Rum: 30).
Dari pengertian di atas, satu hal yang bisa kita pahami bahwa fitrah seksualitas ini berarti bagaimana seseorang mampu berpikir dan bertindak sesuai dengan fitrah seksualnya, laki-laki atau perempuan. Maka, dalam enumbuhkan Fitrah ini tentu saja banyak tergantung pada kehadiran dan kedekatan pada Ayah dan Ibu.Sosok ayah dan ibu harus ada sepanjang masa mendidik anak-anak sejak lahir sampai aqilbaligh, tentu agar fitrah seksualitas anak tumbuh indah paripurna.
Riset banyak membuktikan bahwa anak-anak yang tercerabut dari orangtuanya pada usia dini baik karena perang, bencana alam, perceraian, boarding school dll akan banyak mengalami gangguan kejiwaan, perasaan terasing, perasaan kehilangan attachment, depresi, dan kelak ketika dewasa memiliki masalah sosial dan seksualitas seperti homoseksual, membenci perempuan dan sebagainya.
Jadi dalam mendidik fitrah seksualitas sosok ayah dan ibu senantiasa harus hadir. Peran orangtua sangat penting dalam fitrah seksualitas anak, agar anak paham apa yang harus ia lakukan dan apa yang harus dihindari saat mereka paham menjadi laki-laki atau perempuan seutuhnya.
Prinsip-prinsip untuk membangkitkan fitrah seksualitas
Menurut Ust. Harry Santosa dalam bukunya Fitrah Based Education, prinsip untuk menumbuhkan fitrah seksualitas yang tidak terlepas dari peran kedua orangtua adalah sebagai berikut:
Fitrah seksualitas memerlukan kehadiran, kedekatan, kelekatan anak sejak lahir sampai usia 15 tahun dengan figur ayah dan ibu secara utuh dan seimbang.
Ayah berperan memberikan suplai maskulinitas dan ibu memberikan suplai femininitas. Anak-anak laki-laki mendapatkan suplai 75% maskulinitas, dan 25% femininitas, sedangkan anak perempuan 75% feminitas dan 25% maskulinitas.
Penumbuhan fitrah seksualitas yang paripurna, melahirkan lelaki yang mempunyai peran keayahan sejati dan perempuan yang berperan kebundaan sejati. Mereka memiliki akhlak yang mulia terhadap pasangan dan keturunannya.
Jika anak kehilangan sosok salah satu figur, maka harus dicarikan figur pengganti dari keluarga atau komunitas.